Book Review : Berani Tidak Disukai
-BERANI
TIDAK DISUKAI-
Karya:
Ichiro Kishimi dan Fumitake Koga
International
Bestseller
Judul Buku : Berani Tidak
Disukai (Self-Improvement 16+)
Penulis : Ichiro Kishimi dan Fumitake Koga
Penerjemah : Agnes Cynthia
Penerbit : Diterbitkan pertama kali oleh PT
Gramedia Pustaka Utama
Harga :
Rp. 108.000 (Plg)
Buku berani
tidak disukai merupakan buku yang membahas mengenai filosofis dan psikologi
dari tokoh psikologi yaitu Alfred Adler. Ada 3
tokoh penting di dunia psikologi yaitu Sigmund Freud, Carl Jung dan
Alfred Adler. Bukan hanya 3 tokoh penting, sebenarnya masih banyak lagi. Namun yang
di bahas dalam buku ini hanya ada 3 tokoh, secara keseluruhan buku ini membahas tentang Adler.
Berani Tidak
Disukai, merupakan salah satu buku pengembangan diri yang unik karena
disuguhkan dalam bentuk dialog naratif. Dialog naratif antara seorang filsuf
dan seorang pemuda. Saya lebih menikmati ketika membaca buku ini. Buku ini
berbeda dengan buku pengembangan diri yang pernah saya baca. Buku ini baru di
terjemahkan dalam Bahasa Indonesia pada tahun 2019. Sebelumnya buku ini sudah
terbit pada tahun 2017 dengan judul buku the
courage to be dislike.
Oh iya teori
psikologi Adler ini mendapat dukungan yang luas di Eropa dan AS. Teorinya
menyajikan jawaban sederhana dan tidak berbelit. Seperti menjawab pertanyaan
filosofis “bagaimana manusia bisa meraih
kebahagiaan?”.
Buku yang disajikan dengan ciri khasnya. Buku ini terdiri dari 5 BAB dengan judul
malam pertama, malam kedua, malam ketiga, malam ke-empat dan malam kelima. Saya
membacanya mengikuti judul tiap BABnya. Saya yakin ketika kamu membaca buku ini
dibuat ketagihan untuk segera menyelesaikannya.
“Di pinggiran kota berusia seribu tahun,
tinggal seorang filsuf yang mengajarkan bahwa dunia ini sederhana, dan bahwa
kebahagiaan dapat diraih dalam sekejap mata oleh setiap manusia. Seorang pemuda
yang tidak puas dengan hidupnya mengunjungi filsuf ini untuk mencari tahu inti
masalahnya. Dia mendapati dunia ini sebagai gumpalan kontradiksi yang
carut-marut dan, di matanya yang gelisah, gagasan apa pun tentang kebahagiaan
adalah hal yang sangat tidak masuk akal”
Kutipan
tersebut berada sebelum pendahuluan. Ada baiknya kamu membaca buku ini secara
utuh dari awal hingga akhir BAB. Agar kamu tidak melewati kata-kata yang
bermakna di setiap lembarnya. Oh iya pendahuluannya juga menarik untuk di baca.
Pendahuluan ini menyuguhkan pertanyaan-pertanyaan yang membingungkan pemuda.
Pertanyaan tersebut ditanyakan kepada seorang filsuf agar si pemuda menemukan
jawaban dan jalan keluarnya. Namun apa yang terjadi. Seiring berjalannya waktu
pemuda tidak menerima jawaban dari seorang filsuf yang membuat dirinya
geregetan. Walaupun tidak menerima, pemuda tetap bertanya kepada filsuf
sehingga dia menemukan jawabannya.
Saya akan
menuliskan sedikit percakapannya pada pendahuluan.
Pemuda: Aku ingin bertanya sekali lagi;
Apakah kau percaya bahwa dunia ini, dalam segala cara, adalah tempat yang
sederhana?
Filsuf: Ya, dunia ini sangatlah sederhana,
dan demikian juga kehidupan.
Pemuda: Jadi, Apakah ini argumenmu yang
bersifat idealis, atau teori yang bisa diterapkan? Maksudku, apakah engkau akan
berkata bahwa segala persoalan yang kita hadapi dalam hidup juga sederhana?
Filsuf: Ya, tentu saja.
Pemuda: Baiklah kalau begitu, izinkan aku
menjelaskan mengapa aku berkunjung hari ini. Pertama-tama, aku ingin
memperdebatkan hal ini denganmu sampai puas, lalu, bila memungkinkan, aku ingin
kau menarik teori ini.
-percakapanpun
terus berlajut-
Percakapanpun
terus berlanjut mengenai perdebatan dunia
ini sederhana. Seorang pemuda masih tidak menerima jawaban dari filsuf
bahwa dunia ini sederhana. Menurut pemuda dunia ini tidak sederhana dan rumit. Filsuf menjelaskan bahwa dunia ini sederhana, yang membuatnya menjadi rumit
permasalahannya ada pada diri kamu. Filsuf juga menjelaskan kepada pemuda bahwa
itulah arti dari tinggal di dunia yang subjektif tergantung bagaimana cara kita
memandangnya. Persoalannya bukan bagaimana dunia ini, tapi tentang bagaimana
engkau. Kata yang cukup menyadarkan ketika filsuf mengatakan “..... ini seperti engkau seolah-olah sedang
melihat dunia melalui kaca mata hitam, jadi wajar saja semua telihat gelap”.
Okay dari
sini sudah bisa teman-teman lihat mengenai apa yang di bahas dalam buku berani
tidak disukai. Ini baru pendahuluan masih banyak lagi hal yang menarik
didalamnya. Untuk melegahkan rasa penasaran teman-teman ada baiknya membaca
buku ini. Oh iya sebelum membaca buku ini ada baiknya kamu mencaritahu tentang
teori yang dibahas oleh Sigmund Freud dan Carl Jung. Sebagai contoh: Sigmund Freud
itu membahas mengenai masa lalu berpengaruh terhadap perilaku dimasa kini. Kenapa
saya menyarankan untuk mencari tahu kedua tokoh tersebut, agar lebih ngalir
membacanya. Menurut saya buku ini tetap mudah di cerna dan dipahami orang awam.
Buku ini secara ringkas juga membahas mengenai Sigmund Freud dan Carl Jung.
Pada BAB 1,
filsuf dan pemuda membahas asal mula teori psikologi Adler secara ringkas,
padat dan mudah di pahami. Setelah percakapan itu, pemuda bertanya mengenai
poin-poin yang akan didiskusikan yaitu mengenai manusia bisa berubah dan apakah semua orang bisa menemukan kebahagiaan.
Disini juga menceritakan beberapa kasus mengenai seseorang yang terjebak di
masalalunya. Hal yang bisa dipetik pada sub-bab ini adalah selama tinggal
didalam jebakan tersebut, kita tidak akan mengambil langkah maju.
Kalau kamu
penasaran mengenai isi buku berani tidak
disukai. Kamu bisa memperoleh buku ini di toko buku atau lebih mudanya kamu
bisa baca di Gramedia Digital. Oh iya tapi kalau belum bisa, kamu bisa kok
minjam buku ini ke teman yang ada bukunya. Beli yang original ya kalau belum
bisa minjam aja dulu. Cara ini lebih baik selain itu dengan cara ini kamu
menghargai karya penulisnya juga (daripada beli buku bajakan). Saya membaca buku ini tahun 2019. Oh iya kamu juga
bisa kok minjam bukunya di Jani. Kalau rumah kamu dekat dengan jani tinggal chat aja lewat email ataupun wa.
Sekian, review bukunya...
Sampai jumpa di pembahasan selanjutnya....
Have a nice
day everyone (love)
Salam
hangat,
Jani
Comments