Along The Way
Along The
Way
by:
anjaniclaudia.p
Layaknya
rekaman video yang seketika berputar dipikiranku. Aku pun terlarut dalam semua
kenangan masalalu yang cukup menganggu. Ku senderkan tubuhku di bangku biru,
menghela napas panjang dan menikmati pemandangan. Diri sudah mulai resah dan
merasa bersalah. "Hari ini waktunya membereskan semua masalah yang terjadi
di masa lalu" gumamku.
Rasanya yang
dirasa salah adalah menyimpan semua rasa yang sama. Ah rumit sekali aksaraku.
Ternyata kita sama-sama menyimpan rasa tapi tak ada yang berani berkata. Pada
akhirnya kau berkata bahwa rasanya sesak didada ketika aku tak bersamanya.
Seandainya kau memberanikan diri mungkin aku masih dan tetap bersamamu sejak dulu. "Maafkan
aku" hatiku berkata sembari melihat sms-nya.
"Assalamualaikum
Ra" pesan Rehan
"Waalaikumsalam
Han, besok pulang ke Jatinangor dari Bandung jam berapa?"
"Belum
tau sih Ra, tapi kayaknya pulang selesai jum'at-an"
"Siang
yaa Han, Besok Rara bakalan nyampai Bandung, ketemu di Bandung gimana
Han?"
"insyaAllah
Ra, kenapa ga siang aja Ra? Sekalian pulang bareng?"
"Iyaa
Han yaa..
"Jadi nnti
siang ketemunya dimana Han?"
Setelah sekelumit rencana akhirnya mereka bertemu di salah satu halte di Jatinangor.
Setelah sekelumit rencana akhirnya mereka bertemu di salah satu halte di Jatinangor.
"Udah
makan belum?" kata Rehan
"Belum
Han"
"Kita
makan yok di tempat yg kamu bilang kemarin"
"Ayok....
Hahaha jadi ingat kemarin Rara ribet banget ya Han... Pake mau ketemu kamu di
Rumah Makan"
"Gapapa, yoklah lanjut, hati-hati"
"Gapapa, yoklah lanjut, hati-hati"
"Siap,
yok lanjut"
"Udah
siap Ra, itu tasnya letakin di tengah aja biar aman"
"Okay,
siap Han"
Menghela napas panjang menutup mata rasanya seperti mimpi ketemu Rehan.
Rasanya ingin ku hentikan waktu berharap bisa berdiskusi mengenai banyak hal
dengan Rehan. "Kenapa setiap sama dia diriku nyaman?" hatiku
bergumam.
"Ra...."
"Iya
han..."
"Gimana
kabarmu?"
"Alhamdulillah,
Rara baik-baik saja Han"
"Alhamdulillah"
"Kalau
kamu gimana han?"
"Sama
sepertimu"
"Han
ada banyak hal yang ingin aku ceritakan terutama mengenai kesalahpahaman waktu
dulu" lamunku
"Ra
kenapa diam? Kamu ga tidur kan? Perjalanan kita masih panjang..."
"Engga
kok Han aku ga tidur"
"Kamu
ngelamunin apa si Ra?"
"Hahaha
kamu emang peka ya"
"Iyalah
aku udah tau kamu sedari sekolah dulu, apa yang kamu pikirin, masih tetang yang
kemarin?..."
"Hmmm...
Iyaa Han"
"Yaelah
Ra, kan kita udah saling maafan :), lagian aku udah maafin kamu sebelum kamu
minta maaf"
"Haaaaan,
maafin aku yang kemarin"
"Seharusnya
memang sedari dulu aku membicarakannya denganmu"
"Lain
kali ga pakai kode ya, aku ga bisa baca pikiranmu" gurauanku
Jalan itu menjadi saksi bisu yang mengagumkan. Cerita tentang sebuah
impian. Disepanjang jalan Rehan menceritakan segala impiannya yang ingin diraih
beberapa tahun kedepan. Rehan berjanji akan belajar sungguh-sungguh dan segera
menyelesaikan pendidikan yang masanya cukup panjang.
"Ra... Disitu ada bangunan baru, suatu saat nanti aku akan bekerja
disana"
"Aamiin..... "
"Rehan aku sangat bersyukur bisa mendengarkan dan bercerita tentang semua impian dan aku sangat bersyukur bahwa tuhan telah menghadirkan kamu dalam hidupku" bisik dalam hati, takku sadari mengalir air mataku.
"Rehan...."
"Iya
Raa...?"
"Terimakasih
banyak"
"Terimakasih
untuk apa?"
"Terimakasih
atas segalanya, I'm so glad to meet you Haan"
Senyuman rehan dibalik helm terlihat dari kaca spion.
"Sudah berapa purnama kita tak berkomunikasi, hari ini serasa mimpi bisa ngobrol dengamu Ra"
Selama diperjalanan Rara pun menumpahkan
segala isi hatinya kepada Rehan. Tentang kegelisahan, keresahan, kekhawatiran,
penyesalan dan kebahaagiaan. Rehan pun mendengarkan dengan saksama. Rehan
menjadi pendengar yang baik membuat Rara bercerita dengan nyaman.
"Ra
udah nyampe kita makan dulu yook"
"Ayook"
"Kamu
mau makan apa Ra"
"Sama
kayak kamu aja"
"Okay,
ga ada pesan yang lain"
"Engga
Han"
"Ra...
Alhamdulillah udah nyampai, kamu aku antar sampai rumah aja gimana, aku
khawatir soalnya udah sore"
"Gapapa
Han nanti Rara di jemput kakaknya Rara, kakak Rara juga baru pulang kerja jadi
pulang bisa sama dia. Han, aku khawatir kalau kamu nganter sampai rumah nanti
kamu kemalaman pulang ke rumahmu."
"Gapapa
kok Ra...
Oh iya,
udah izin sama orangtua kan kalau kamu pulangnya sama aku?"
"Udah
dong han, semalem udah izin sama tadi pagi aku juga izin lagi kalo pulang
bareng kamu"
Orangtua
Rara mengenali Rehan dengan baik. Terutama bundanya Rara. Rara bercerita banyak
hal mengenai kebaikan Rehan terhadapnya. Wajar saja bila bundanya percaya sama
Rehan. Rehan anak yang baik dan amanah.
"Alhamdulillah
nyampai dirumah tante kamu"
"Alhamdulillah
terimakasih Rehaaan :')
Thanks for
today"
"Sama-sama
Ra..."
"Thanks
Han" saut kakaknya Rara
"Sama-sama
bang, hati-hati pulangnya yaa... Rara jugaa"
"Siap
dek" kata kakaknya Rara
"Ra
gimana udah nyampai rumah?" Pesan 20 menit yang lalu
"Alhamdulillah
udah Haan...
Kamu
gimana udah nyampe, mandi giiih Haaan"
"Alhamdulillah
udah dong"
"Han
maafin aku"
"Maafin Rehan juga Raa..."
"Han
Terimakasih banyak"
"Sama-sama
ra 😊"
Perkara miskomunikasi Rehan dan Rara sudah
usai. Bagaimana dengan perasaan mereka? Apakah rasa itu masih sama?
Seiring
berjalannya waktu. Rehan dan Rara disibukkan dengan berbagai tugas perkuliahan
dan organisasi. Disela-sela rehatnya Rara terbesit ingatan akan Rehan. Mereka
tidak saling memberi kabar seperti sedia kala. Rara sangat hati-hati dalam
membuka hati, masih menjaga hati walaupun tak pasti. Rara pun menyibukkan diri
dengan berbagai kegiatan yang baik untuk meningkatkan kualitas diri.
Menyibukkan diri agar terjaga. Menyibukkan diri agar ingatan akan Rehan tak
mampir di labirin otak dan kalbunya. Namun semakin menghindari hal itu Rara
juga kewalahan dengan perasaan yang disimpannya. Mencintai dalam diam yang bisa
di gambarkan pada kondisi rara.
Rara menyerah
Mencoba mengikhlaskannya....
Selama 3 tahun lamanya, Rara proses berdamai dengan masalalunya. Akhirnya Rara menemukan jalan keluarnya.
Kata melepaskan tak hanya terlontarkan
Ikhlas dapat terealisasikan
Akhirnya legahpun dirasakan
Rara
merangkai kata pada buku hariannya.
"Rehan.... Seiring berjalannya waktu
aku mampu berdamai dengan keadaan. Rasanya tak mudah dan kurang nyaman. Han
kamu tau ga waktu ga bisa menyembuhkan jika aku hanya diam. Rehan aku sudah
berjanji pada diriku bahwa aku harus siap menghadapi ketidakpastian. Sekarang
aku mampu melepaskan belenggu perasaan. Han.... Aku gatau apa yang kamu
rasakan. Apakah rasa itu sama seperti dulu? Han jika suatu saat nanti kita tak
bersama tak ada yang perlu disalahkan. Pada dasarnya kau tak pernah ada
kepastian. Terimakasih karena hal ini aku bisa menjaga diriku di masa-masa
menyelesaikan pendidikan di perantauan. Terimakasih Rehan"
Perjalanan
panjang ini akhirnya membuat diri menjadi lebih tentram. Berdamai dengan
keadaan. Membuat hati terasa lapang.
Comments