Berkelahi

Bila saya diperlakukan buruk, saya tidak berusaha melakukan pembalasan secara  negatif--- saya mencoba memecahkan masalah itu1

Pertama kalinya saya mengajar di sekolah dasar penempatan baru di tahun ke-2 ketika berperan sebagai pengajar muda. Pengajar muda itu adalah sebutan bagi mahasiswa yang mengikuti organisasi UNSRI mengajar berperan sebagai guru SD. UNSRI Mengajar merupakan suatu wadah untuk mengasah skills mahasiswa dan ikut berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan di daerah sekitar. Kalau teman-teman mau berkenalan dengan UNSRI Mengajar boleh kok di kepo-in Instagramnya. Kalau kamu mau berkontribusi untuk anak negeri juga bisa join UNSRI Mengajar dengan ketentuan dan syarat yang berlaku. Banyak manfaat yang bisa kamu peroleh mengikuti kegiatan di UNSRI Mengajar walaupun kudu berakit-rakit ke hulu, berenang ketepian, sakit-sakit dahulu, susah-susah dahulu baru kemudian bersenang-senang.

Mari kita lanjut bercerita...
Pengajar muda tahun ke-2. Saya mulai berkenalan dengan siswa di sekolah penempatan baru dan pengajar muda yang baru. Disini saya belajar menyesuaikan diri. Oh iya di Unsri Mengajar kamu bisa berteman bahkan bersahabat dengan anak-anak dari fakultas lain, perwakilan tiap fakultas ada di Unsri Mengajar. Hari ini pembagian guru mengajar tiap kelasnya. Alhamdulillah waktu itu saya mendapat teman baru namanya dek Ayas dari FKIP Kimia. Kami pun berkenalan dan mengajar. 

Pertama kali mengajar siswa-siswi di tahun ke-2, energiku benar-benar terkuras karena tingkah laku mereka. Lari kesana kemari dan ada yang bertengkar ternyata itu cara mereka mencari perhatian. Ternyata kondisi ini adalah wadahnya saya belajar kembali. Saya teringat akan kata-kata yang saya tulis di buku catatan pribadi “belajar itu kapan pun, dimana pun dan dengan siapa pun”. Saya menyadari bahwa siswa-siswi yang saya hadapi merupakan tempat saya belajar. Belajar untuk mengaplikasikan teori yang saya pelajari di bangku perkuliahan. Ternyata mengaplikasikannya tidak semudah mempelajari suatu teori. Ada banyak hal yang kudu disesuaikan dan ada banyak hal yang perlu dipertimbangkan dalam mengaplikasikannya. Alhamdulillah belajar di Psikologi membantu banyak hal dalam menghadapi suatu persoalan. Pelajaran yang sangat aplikatif walaupun tidak mudah untuk mendapatkan nilai aman sewaktu kuliah di dalam kelas (Rintihan hati anak Psikologi). 

Mata kuliah di psikologi tentang perkembangan anak dan pendidikan benar-benar terpakai ketika saya mengikuti organisasi ini. Belajar bagimana menghadapi anak-anak yang usianya berbeda, mengetahui kebutuhan anak, dan bagaimana mengajar supaya lebih menyenangkan. 

Seiring berjalannya waktu mengajar di kelas yang menjadi rutinitas saya di setiap hari sabtu dan minggu. Waktu itu jadwal saya adalah hari sabtu, terkadang kalau hari minggu jadwal saya kosong, saya juga ikut mengajar di sekolah. Kalau tidak datang anak-anak suka menanyai “kenapa kakak kemarin tidak datang?”. Kalaupun ada yang belum bisa hadir, pengajar muda yang hadir disekolah memberi pengertian dan alasan ketidakhadiran pengajar muda yang lain. 

Di suatu hari. Saya mengajar seorang diri tetap dikelas yang sama. Rekan saya belum bisa membersamai karena ada hal yang harus diselesaikannya yaitu tugas perkulihan. Di pertengahan proses belajar mengajar, ada sekelompok siswa yang beradu mulut hingga pada akhirnya mereka berkelahi. 

Saya menghampiri dan mencoba mengelola emosi. Mencoba mencari cara agar mereka berdamai. Memanggil mereka ke depan kelas “nak sini nak, duduk dulu, ibu mau nanya kenapa bisa berkelahi”. Mereka berdua pun berebut untuk bicara. “Hmm, coba kamu (a) dulu yang bicara, kita dengarin dulu ya sampai a selesai bicara” “oh gitu, sekarang gilaran (b) yang bicara, kita dengarin dulu ya sampai b selesai bicara”. Ketika di buat kesepakan ini mereka pun bisa bicara dengan teratur dan mengungkapkan isi hatinya. Setelah mendengar hingga selesai, ketemu titik permasalahannya. Setelah itu saya mengajak mereka memikirkan penyelesaian masalah yang dapat mereka terima, penyelesaiaan dengan cara bedamai, meminta maaf satu sama lain dan membuat kesepakatan. Kesepakatan dibuat agar mereka tidak berkelahi lagi. Alhamdulillah akhirnya mereka berdamai. 

Cara diatas merupakan cara yang saya baca di buku kecerdasan emosional. Sub-bab judul yaitu kecakapan emosional sebagai pencegahan. Saya akan menuliskan program penyelesaian konflik yang terdapat pada buku ini:

Menyelesaikan masalah kedua belah pihak dibutuhkan seseorang yang berperan sebagai penengah. “Para penengah belajar merumuskan pernyataan mereka dengan cara yang membuat kedua belah pihak merasa bahwa penengah itu tidak memihak. Taktik mereka mencakup duduk bersama dengan orang yang terlibat dan membuatnya mendengarkan pihak lain tanpa dipotong atau di maki-maki. Mereka meminta masing-masing pihak untuk tenang dan menyatakan posisi mereka, kemudian meminta mereka menuturkan kembali apa yang baru dikatakan agar menjadi jelas bahwa mereka sungguh-sungguh mendengarnya. Kemudian mereka semua mencoba memikirkan pemecahan yang dapat diterima oleh kedua belah pihak; penyelesaian sering kali dalam bentuk kesepakatan...”2

Pelajaran di Psikologi berhasil membuat saya jatuh hati (love)



Cerita tahun ke-2 menjadi pengajar muda. Saya tuliskan kembali di blog ini :).
Sumber 1,2 : Daniel Goleman, Kecerdasan Emosional


Comments

Popular Posts